Leader Board
Senin, 18 April 2011
Pendidikan Seks Dimulai Sejak Anak dalam Kandungan
Pendidikan seks sebenarnya bisa dimulai sejak dalam kandungan melalui pola hidup dan perilaku seks kedua orang tua yang tidak berlebihan.
Demikian disampaikan Psikolog Unika Soegijapranata Semarang Dwi Yanny Lukitaningsih.
“Aktivitas seksual ketika istri sedang hamil muda harus dikontrol, jangan terlalu berlebihan atau ditekan, mengingat gairah seks ibu hamil muda cukup besar,” ujarnya ketika memberikan pendidikan seksual di hadapan siswa kelas IX SMP Keluarga Kudus, Selasa.
Menurut dia, aktivitas seksual kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap psikologi anak ketika lahir nantinya.
“Jika selama dalam kandungan pola hidup kedua orang tuanya teratur dan tidak berlebihan, anaknya tentu memiliki kepribadian yang lebih baik dibandingkan perilaku orang tua yang pola hidupnya tidak teratur dan cenderung berlebihan,” ujarnya.
Untuk itu, kata dia, pola hidup kedua orang tua harus dijaga dan dibiasakan sejak anak masih dalam kandungan, karena sebagian besar psikologi anak saat dewasa dipengaruhi oleh sikap kedua orang tuanya.
Selama kehamilan jangan pernah menggunjingkan orang lain maupun mengumpat. Saat anak mengalami pertumbuhan, kata dia, orang tua harus tetap memperhatikan perkembangan kejiwaan anaknya dan jangan dibiarkan berperilaku sesukanya agar tumbuh sebagai pribadi yang berkualitas dan tidak berperilaku menyimpang.
Menurut dia, pendidikan seksual bagi pelajar harus diutamakan pada dampak negatifnya terhadap pasangan yang melakukan seks di luar nikah, seperti penyakit kelamin hingga kehamilan di luar nikah.
“Untuk menjaga anak agar tidak berperilaku seks menyimpang, tentu dibutuhkan peran serta keluarga dan lingkungan sekitar dalam memberikan pembelajaran yang positif,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Rotary Club Kudus Stefanus J.J. Batihalim mengungkapkan, pendidikan seks bagi pelajar tidak hanya dilakukan di SMP Keluarga, sekolah lain juga akan diajak kerja sama melakukan kegiatan serupa.
“Setiap anak muda tentunya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seks secara akurat dan seimbang,” ujarnya.
Dengan adanya pendidikan seks tersebut, diharapkan para pelajar memahami dan mengerti dengan peran jenis kelaminnya. “Paling tidak, perilaku seks menyimpang hingga menimbulkan kehamilan di luar nikah juga bisa dicegah karena mengetahui dampak buruknya,” ujarnya.
Pelatihan terhadap guru tentang pembentukan karakter (character building) serta orang tua tentang “parenting school” juga tidak kala pentingnya sebagai solusi membangun pendidikan anak di dalam keluarga agar lebih berkualitas.
Sumber : modelindo.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar